Pages

Monday, November 9, 2009

parit kematian 2~




BismiLlahi wal hamduliLlah..

Pujian yang selayaknya hanya untuk Allah.. Tuhan semesta alam.. yang penuh dengan limpahan rahmat dan kasih sayang... Dibangkitkan aku dari baringan untuk terus meniti hari demi hari.. menebus dosa semalam..hingga sampai ke penghujung kehidupan, aku kembali kepadaNya.. Subhanallah.

Sambungan parit kematian 1, kali ini suka untuk aku berkongsi tentang suatu kisah, Ibrahim dan ibunya. Hayati kisah ini  dengan niatmu yang ikhlas lillahi ta’ala.

.........................





Ia adalah cerahnya fajar yang tenang namun riang
Diciptakan dari setiap sesuatu yang istimewa
Apakah kau tahu, sang peminang mendengarkannya
Duhai kekasih, tidaklah aku lebih suka kepada selainnya
Jangan sekali-kali kamu meyerupai orang yang bersungguh-sungguh mendapatkannya
Melamar diriku namun penuh kelalaian.
Sehingga orang-orang akan mengejeknya.

Perbaikilah dirimu.
Duhai andai ditolak darinya
Ketika piala itu diterbangkan bergilir
Lalu berakhir ketika hajatnya selesai
Setelah lari tak terkendali
Sesungguhnya yang melamar diriku adalah seorang yang berusaha terus menerus

inilah syair nukilan Abu Ubaid, seorang khatib di Basrah. Syair yang menaikkan semangat muslimin untuk meraih syurga. Syair yang menggambarkan berbagai kenikmatan di syurga disamping menjelaskan sifat bidadari syurga.. dicelah kerumunan para wanita, keluarlah seorang wanita yang bernama Ummu Ibrahim Al-Bashriyah.
Ia berkata, “wahai Abu Ubaid, apakah engkau mengenal anakku Ibrahim? Ia telah dilamar oleh petinggi Basrah untuk dijodohkan dengan anaknya, tetapi saya menolak. Namun sekarang, demi Allah saya tertarik dengan bidadari yang kau sebut tadi. Aku rela bidadari itu menjadi pengantin bagi anakku. Maka ulanglah sifat-sifat yang kau ucapkan diatas, agar ia tertarik padanya.
Abu Ubaid kembali bertutur,
“jika rembulan telah sempurna dimalam hari, kau lihat ia memiliki keistimewaan yang jelas dari rembulan itu. Senyumnya menyibak gigi yang indah, laksana mutiara yang terpendam dikedalaman samudera. Andai alas kaki yang dipakai menginjak kerikil, nescaya akan tumbuh bunga darinya.
Kau bisa mengikat pinggangnya, yang laksana dahan raihan berdaun hijau lebat. Kalau saja ludahnya yang manis itu jatuh kelaut, nescaya air laut itu menjadi minuman yang baik bagi penduduk darat. Allah menginginkan kematianku dalam kerinduan padanya, dengan begadangnya mata untuk meraih kebaikan hidup sesudah mati.”
Ummu Ibrahim bangkit lalu berkata;
“wahai Abu Ubaid, demi Allah aku telah redha bidadari itu sebagai pendamping Ibrahim. Apakah engkau mahu menikahkan mereka sekarang juga, dengan mengambil dariku 10 ribu dinar sebagai maharnya? Semoga Alalh menjadikannya pahalawan yang mati syahid, sehingga mampu memberi syafa’at bagiku dan bapanya di hari kiamat.”
Abdul Wahid (Abu Ubaid) berkata, “ Baiklah, aku bersedia. Semoga kalian berdua mendapat keberuntungan yang besar.”
Sang ibu terus memanggil anaknya, lalu keluar seorang pemuda tampan dari celah kerumunan manusia sambil berkata,”baiklah ibu…baiklah ibu.”
“wahai anakku, apakah engkau rela dengan bidadari yang disebut sifatnya tadi sebagai isterimu dengan jantungmu yang kau korbankan di jalan Allah sebgai maharnya?” Tanya sang ibu. “baiklah ibu, aku bersedia.”jawab Ibrahim.
Wanita tua itu bergegas pulang kerumahnya untuk mengambil wang 10 ribu dinar. Kemudian ia menadah tangan kelangit sambil berdoa, “ ya Allah saksikanlah, bahawa aku menikahkan anakku dengan bidadari. Sebagai maharnya, aku mengorbankan jantungnya dalam perang di jalanMu. Maka terimalah wahai Dzat Yang Paling Mengasihi.”
Ketika hendak berpisah dengan anaknya, wanita itu mengalunkan kafan dan memberikan minyak (yang biasa ditaburkan ke tubuh mayat) kepada anaknya. Ia menatap anaknya seolah jantungnya membuncah keluar dari dada. Ia berpesan, “ kalau kamu bertemu dengan musuh, pakailah kain kafan ini dan taburkan minyak ini ketubuhmu. Jangan sampai Allah melihatmu lalai di jalanNya.
Dia mendakap, mencium anaknya seraya berkata, “pergilah anakku. Allah tak akan lagi mempertemukan denganmu kecuali dihadapanNya pada hari kiamat kelak.”
Ibrahim berangkat bersama pasukan perang kaum muslimin. Pandangan sang ibu mengikutinya sampai ia tak lagi terlihat. Lalu bermulalah peperangan. Anak panah berterbangan mengiringi pahlawan yang sedang bertempur. Sementara, Ibrahim berjaya menyusup kebarisan musuh dan mengkucarkacirkan mereka. Ketika musuh menyedari serangan Ibrahim, mereka segera mengepungnya. Ada yang menombaknya.. memukul dan menyerang. Ibrahim tetap tegar melakukan serangan hingga akhirnya dia terjatuh dari kudanya..lalu dihabisi lawan. Subhanallah…
Pertempuran berakhir dengan kemenangan kaum Muslimin. Mereka pulang kembali ke Basrah. Sesampainya di Basrah, semua penduduk keluar menyambutnya. Laki-laki, anak-anak dan orang-orang renta.
Ummu Ibrahim ada ketika itu. Matanya menatap tajam setiap pasukan. Ketika melihat Abdul Wahid, ia menghampirinya sambil berkata, “wahai Abu Ubaid, apakah Allah menerima hadiahku, sehingga kau bahagia, atau Dia mengembalikannya sehingga aku kecewa?” Abu Ubaid menjawab, “Allah telah menerima hadiahmu. Aku berdoa semoga anakmu bersama para syuhada’ yang dirahmati.”
Seketika dia berteriak, “segala puji bagi Allah yang mengabulkan keinginanku dan menerima ibadahku.” Dia berlari pulang ke rumah dan mencium kasur Ibrahim serta mendakap bajunya..hingga tertidur.
Keesokkannya, Ummu Ibrahim bergegas menuju majlis Abu Ubaid. Sesampainya disana, dia berkat, “wahai Abu Ubaid, bergembiralah…bergembiralah.” Abu Ubaid bertanya, “Engkau tak henti-hentinya bergembira, hai Ummu Ibrahim.. apa yang terjadi? Wanita itu berkata, “semalam aku melihat anakku telah berada dalam taman yang indah. Diatasnya ada kubah hijau. Ia berbaring diatas kasur yang dibuat dari mutiara. Diatas kepalanya ada mahkota yang berkilauan. Ia berkata kepadaku, ‘wahai ibu, bergembiralah. Maharku telah diterima, dan pengantin pun telah bersanding.”..Subhanallah..


……………………..

kisah ini  begitu menyentuh hati aku.. jika tidak didunia, impikanlah bidadara/bidadari syurga.. jangan terlalu mengejar cinta dunia hinggakan kita lupa.. ia hanyalah persinggahan.. negeri akhirat adalah yang kekal abadi.. 
"beruntunglah bagi mereka yang menyedari bahwa tiada tempat lari ketika ajal menjemput.."
moga matiku dalam iman dan Islam..diatas jalanNya... ameen.


semoga perkongsian ini bermanfaat untuk semua.. asif ‘ala kulli hal.



Khaulah,
Baitul da’wah
Proton City
Rujukan: malam pertama dialam kubur
 


2 comments:

cikgu_eya said...

moga kita turut menjadi bidadari di sana... ^^

Untuk para syuhadah..

khaulah mujahidah said...

mudah-mudahan..ameen ya Rabbal 'aalamin..