Pages

Thursday, March 31, 2011

"Read the quran, It's from ur GOD... Our GOD"

credit to awaa, nice pic! ;)


"Tidak semua pendidik bersifat murabbi... Pendidik murabbi terikat dengan wahyu al-Quran dan al-Sunnah dalam pemikiran, ucapan dan tindakannya"


Tuesday, March 29, 2011

"GIVING and RECEIVING"

CREDIT TO NAJWA ; Tq awaa (",)

"give and receive are two parts of a single flow, like breathing in (receive) and breathing out (giving). for sure one cannot take place without the other."

-najwa-

Memberi & menerima.

Dua perkara yang berbeza, namun saling berkaitan. Ibarat seorang guru yang masuk ke kelas untuk mengajar. Secara lahirnya, guru itu kelihatan hanya berperanan untuk memberi ilmu kepada para pelajar. Namun, secara tersirat.. si guru juga sedang 'menerima' sesuatu daripada mereka. Apa yang diterima? 

Hampir 3 bulan saya bertugas sebagai seorang guru di sebuah sekolah menengah harian di KL. Ternyata, mendidik manusia itu bukan suatu perkara yang mudah. Sangat-sangat memerlukan pengorbanan, kesabaran dan keihlasan. Bak kata seorang sahabat, " kita bukan nak bentuk benda, tapi kita nak bentuk manusia".

Bermain dengan emosi manusia, kadangkala meruntun hati. Menyebabkan jiwa yang dahulu tegar menjadi rapuh. Hilang sudah segala motivasi diri hanya kerana pesimis pada ujian yang baru menjengah. Benarlah firman Allah ;

Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta."
(Al-Ankabut: 2-3)

Terlalu banyak perkara yang saya pelajari sepanjang 3 bulan melaksanakan amanah. Setiap kelas punya cerita berbeza. Namun, persamaannya letak pada ungkapan 'memberi dan menerima'. Saya masuk ke kelas untuk memberi ilmu sebatas pengetahuan yang ada, pinjaman dari Yang Maha Bijaksana. Dan saya keluar dengan menerima pengajaran yang cukup indah! Hanya apabila saya berfikir kenapa dan mengapa ia terjadi.. 

Kerana saya manusia, saya juga menerima tarbiyyah secara langsung dari Allah.. Bagaimana ingin memperoleh sabar jika tiada ujian kesabaran? Bagaimana ingin berkorban jika diri tidak mahu diuji dengan pengorbanan? Bagaimana ingin ikhlas memberi jika diri tidak sanggup menerima?

Ada kelas yang mengajar saya erti kesabaran, ada yang mengajak saya menghayati erti kasih sayang dan tak kurang ada kelas yang mengajar saya erti ketenangan dan kedamaian. Saya teringat kata-kata hikmah dari seorang pak cik teksi ketika dalam perjalanan ke sekolah. 

Katanya; "Pelajar-pelajar yang nakal itu adalah ujian dari Allah untuk menguji kesabaran kamu, jadi jangan cepat marah."

Benar, ujian itu datang dalam pelbagai bentuk. Berfikirlah dari sudut positif, pasti hati kita akan tenang. Alhamdulillah, hingga ke saat ini.. segalanya dipermudahkanNya. Saya masih seorang guru, yang terus memberi dan menerima..

Tidak ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang) melainkan dengan izin Allah; dan sesiapa yang beriman kepada Allah, Allah akan memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku itu dengan tenang dan sabar); dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.

(at-Taghaabun: 11)


"ya Allah, jangan sesekali Engkau campakkan dalam hatiku rasa jemu untuk mendidik.. sebaliknya kurniakanlah rasa sayang dan kasih pada mereka"

Monday, March 28, 2011

Khaulah Binti Tsa'labah



Beliau adalah Khaulah binti Tsa`labah bin Ashram bin Fahar bin Tsa`labah Ghanam bin ‘Auf. Beliau tumbuh sebagai wanita yang fasih dan pandai. Beliau dinikahi oleh Aus bin Shamit bin Qais, saudara dari Ubadah bin Shamit r.a yang beliau menyertai perang Badar dan perang Uhud dan mengikuti seluruh peperangan yang disertai Rasulullah saw. Dengan Aus inilah beliau melahirkan anak laki-laki yang bernama Rabi`.


Khaulah binti Tsa`labah mendapati suaminya Aus bin Shamit dalam masalah yang membuat Aus marah, dia berkata, “Bagiku engkau ini seperti punggung ibuku.” Kemudian Aus keluar setelah mengatakan kalimat tersebut dan duduk bersama orang-orang beberapa lama lalu dia masuk dan menginginkan Khaulah. Akan tetapi kesedaran hati dan kehalusan perasaan Khaulah membuatnya menolak hingga jelas hukum Allah terhadap kejadian yang baru pertama kali terjadi dalam sejarah Islam.

Khaulah berkata, “Tidak…jangan! Demi yang jiwa Khaulah berada di tangan-Nya, engkau tidak boleh menjamahku karena engkau telah mengatakan sesuatu yang telah engkau ucapkankan terhadapku sehingga Allah dan Rasul-Nya lah yang memutuskan hukum tentang peristiwa yang menimpa kita.

Kemudian Khaulah keluar menemui Rasulullah saw, lalu dia duduk di hadapan beliau dan menceritakan peristiwa yang menimpa dirinya dengan suaminya. Keperluannya adalah untuk meminta fatwa dan berdialog dengan nabi tentang urusan tersebut. Rasulullah saw bersabda, “Kami belum pernah mendapatkan perintah berkenaan urusanmu tersebut… aku tidak melihat melainkan engkau sudah haram baginya.”

Wanita mukminah ini mengulangi perkatannya dan menjelaskan kepada Rasulullah saw apa yang menimpa dirinya dan anaknya jika dia harus cerai dengan suaminya, namun rasulullah saw tetap menjawab, “Aku tidak melihat melainkan engkau telah haram baginya”.

Sesudah itu wanita mukminah ini senantiasa mengangkat kedua tangannya ke langit sedangkan di hatinya tersimpan kesedihan dan kesusahan. Pada kedua matanya nampak menitiskan air mata dan semacam ada penyesalan, maka beliau menghadap kepada Yang tiada akan rugi siapapun yang berdoa kepada-Nya. Beliau berdoa,

“Ya Allah sesungguhnya aku mengadu kepada-Mu tentang peristiwa yang menimpa diriku”.

Alangkah bagusnya seorang wanita mukminah semacam Khaulah, beliau berdiri di hadapan Rasulullah saw dan berdialog untuk meminta fatwa, adapun istighatsah dan mengadu tidak ditujukan melainkan untuk Allah Ta`ala. Ini adalah bukti kejernihan iman dan tauhidnya yang telah dipelajari oleh para sahabat kepada Rasulullah saw.

Tiada henti-hentinya wanita ini berdoa sehingga suatu ketika Rasulullah saw pengsan sebagaimana biasanya beliau pengsan tatkala menerima wahyu. Kemudian setelah Rasulullah saw sadar kembali, beliau bersabda, “Wahai Khaulah, sungguh Allah telah menurunkan al-Qur`an tentang dirimu dan suamimu kemudian beliau membaca firman-Nya (artinya),

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan [halnya] kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat,…sampai firman Allah: “dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang pedih.”(Al-Mujadalah:1-4)

Kemudian Rasulullah saw menjelaskan kepada Khaulah tentang kafarat (tebusan) Zhihar:

Nabi : Perintahkan kepadanya (suami Khansa`) untuk memerdekakan seorang budak
Khaulah : Ya Rasulullah dia tidak memiliki seorang budak yang boleh dia merdekakan.
Nabi : Jika demikian perintahkan kepadanya untuk shaum dua bulan berturut-turut
Khaulah : Demi Allah dia adalah laki-laki yang tidak kuat melakukan shaum.
Nabi : Perintahkan kepadanya memberi makan dari kurma sebanyak 60 orang miskin
Khaulah : Demi Allah ya Rasulullah dia tidak memilikinya.
Nabi : Aku bantu dengan separuhnya
Khaulah : Aku bantu separuhnya yang lain wahai Rasulullah.
Nabi : Engkau benar dan baik maka pergilah dan sedekahkanlah kurma itu sebagai kafarat baginya, kemudian bergaulah dengan anak pamanmu itu secara baik.” Maka Khaulah pun melaksanakannya.

Inilah kisah seorang wanita yang mengajukan gugatan kepada pemimpin anak Adam a.s yang mengandung banyak pelajaran di dalamnya dan banyak hal yang menjadikan seorang wanita yang mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dengan bangga dan perasaan mulia dan besar perhatian Islam terhadapnya.

Ummul mukminin Aisyah ra berkata tentang hal ini, “Segala puji bagi Allah yang Maha luas pendengaran-Nya terhadap semua suara, telah datang seorang wanita yang mengajukan gugatan kepada Rasulullah saw, dia berbincang-bincang dengan Rasulullah saw sementara aku berada di samping rumah dan tidak mendengar apa yang dia katakan, maka kemudian Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat,

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan wanita yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya dan mengadukan (halnya) kepada Allah…” (Al-Mujadalah: 1)

Inilah wanita mukminah yang dididik oleh Islam yang menghentikan Khalifah Umar bin Khaththab r.a saat berjalan untuk memberikan wejangan dan nasehat kepadanya. Beliau berkata,

“Wahai Umar aku telah mengenalmu sejak namamu dahulu masih Umair (Umar kecil) tatkala engkau berada di pasar Ukazh engkau mengembala kambing dengan tongkatmu, kemudian berlalulah hari demi hari sehingga memiliki nama Amirul Mukminin, maka bertakwalah kepada Allah perihal rakyatmu, ketahuilah barangsiapa yang takut akan seksa Allah maka yang jauh akan menjadi dekat dengannya dan barangsiapa yang takut mati maka dia kan takut kehilangan dan barangsiapa yang yakin akan adanya hisab maka dia takut terhadap Adzab Allah.” Beliau katakan hal itu sementara Umar Amirul Mukminin berdiri sambil menundukkan kepalanya dan mendengar perkataannya.

Akan tetapi al-Jarud al-Abdi yang menyertai Umar bin Khaththab tidak tahan mengatakan kepada Khaulah, “Engkau telah berbicara banyak kepada Amirul Mukminin wahai wanita.!” Umar kemudian menegurnya, “Biarkan dia…tahukah kamu siapakah dia? Beliau adalah Khaulah yang Allah mendengarkan perkataannya dari langit yang ketujuh, maka Umar lebih berhak untuk mendengarkan perkataannya. “

Dalam riwayat lain Umar bin Khaththab berkata, “Demi Allah seandainya beliau tidak menyudahi nasihatnya kepadaku hingga malam hari maka aku tidak akan menyudahinya sehingga beliau selesaikan apa yang dia kehendaki, kecuali jika telah datang waktu shalat maka aku akan mengerjakan shalat kemudian kembali mendengarkannya sehingga selesai keperluannya.”

(SUMBER: buku Mengenal Shahabiah Nabi SAW., karya Mahmud Mahdi al-Istanbuly dan Musthafa Abu an-Nashar asy-Syalaby, h.242-246, penerbit AT-TIBYAN)

Source: click

Monday, March 21, 2011

Tiada duka yang abadi~



Tiada duka yang abadi didunia
Tiada sepi merantaimu selamanya
Malam ‘kan berakhir, hari ‘kan berganti
Takdir hidup ‘kan dijalani

Tangis dan tawa nyanyian yang mengiring
Hati yang rindukan cinta dijalan-Mu
Namun ku percaya hati meyakini
Semua akan indah pada akhirnya

Andai bisa ku mengulang
Waktu hilang dan terbuang
Andai bisa perbaiki segala yang terjadi
Tapi waktu tak berhenti
Tapi detik tak kembali
Harap ampunkan hamba-Mu ini

Waktu berputar rebulan dan matahari
Bunga yang mekar akan layu akan mati
Malam ‘kan berakhir, hari ‘kan berganti
Takdir hidup ‘kan dijalani

Andai bisa ku mengulang
Waktu hilang dan terbuang
Andai bisa perbaiki segala yang terjadi
Tapi waktu tak berhenti
Tapi detik tak kembali
Harap ampunkan hamba-Mu ini

Andai bisa ku mengulang
Waktu hilang dan terbuang
Andai bisa perbaiki segala yang terjadi
Tapi waktu tak berhenti
Tapi detik tak kembali
Harap ampunkan hamba-Mu ini
Harap ampunkan hamba-Mu ini



Saturday, March 19, 2011

Fi amaniLlah~

BismiLlaahi wal hamduliLlaah..


Doa untuk hari ini, sama-sama kita amalkan.

Tiba-tiba teringat kenangan bersama sahabat seperjuangan. Cuti kali ini kami berkesempatan bersua muka dalam satu liqa' mahabbah sempena meraikan walimah sahabat. Rindu untuk bersama-sama seperti dulu. Walaupun masa terlalu singkat, namun nikmat pertemuan itu suatu anugerah yang tidak ternilai. Subhanaallah. (",)

Atas ikatan aqidah, kita terus berukhuwwah. Mengingatkan yang lupa, menguatkan yang lemah, memberi kepada yang memerlukan...

Subhanaallah. Nikmat berukhuwwah kerana Allah.

"Kita bukan pemula, tetapi kita penyambung mata rantai perjuangan Rasulullah s.a.w. Terus hangatkan roh perjuangan dalam dirimu sahabat.."

Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya sekiranya mereka mengetahui. (Al-'Ankabut : 64)

............................................................

Malam ini saya kembali ke KL, meneruskan tugas sebagai seorang guru. Memberi semaksimum mungkin kepada mereka yang memerlukan. Semoga hati dan jiwa ini sentiasa segar untuk memberi peringatan dan diperingatiNya.

"Ya Allah, jangan sesekali Engkau campakkan rasa bosan dan jemu untuk mendidik dalam hatiku. Mereka adalah tarbiyyah dariMu, permata yang terlalu berharga.."

p/s: kepada sahabat-sahabat borneo & semenanjung, selamat kembali ke destinasi.. Fi amaniLlah~

Friday, March 18, 2011

Musibah & Manusia



Renungi firman Allah s.w.t :

Katakanlah: "Wahai hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dengan rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni dosa semuanya. Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Surah Al-Zumar 39:53)

Seketika, saya merenung dan memikirkan maksud tersirat disebalik tajuk diatas. 'Musibah & Manusia'. Gabungan tajuk entry semalam dan hari ini. Lama tidak mencoret, serasa kekok untuk mengarang secara panjang lebar. Kata hati, 'teruskan je..'.


Petikan dari majalah solusi :
"Allah mencipta manusia dan jin bukan untuk melahirkan hambaNya yang sifar dosa, tetapi tujuan daripada penciptaan ini adalah untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Dia Yang Maha Mencipta. Tiada manusia yang tidak berdosa, kecuali para rasul dan nabi yang mulia..."
"Syaitan dan iblis yang begitu konsisten menyesatkan manusia, sentiasa memiliki teknik dan taktik yang licik dan cerdik. Ditambah pula dengan kerjasama nafsu ammarah yang selalu mengajak kepada keburukan dan dosa..."
Walaupun berkali-kali melakukan kebaikan dan amal soleh, tanpa pengawasan dan sikap berjaga-jaga, seseorang manusia akan kembali terjebak dalam perangkap dosa tanpa disedarinya.. silih berganti, dosa dan pahala.

Kerana 'kita yang bernama manusia', jangan pernah putus harap pada Dia yang Maha Mengetahui segalanya.. teruskan memohon keampunan, mohonlah dengan sungguh-sungguh. Nescaya tiap doa yang dipohon akan setia didengariNya.. tanpa pernah jemu. Renungi ayat diatas. Optimis untuk terus melakukan yang terbaik dalam beramal.. 

Sebentar tadi, saya mendapat ilham dari blog sang murabbi yang kini berada di Jordan, Al-Fadhil Ustaz Anhar Opir. Terkesan dengan entry terbaru beliau, 'Bersabar untuk sabar'. Sabar apabila ditimpa musibah dan menganggap positif pada setiap yang berlaku. 'Ia datang dari Allah, zat yang Maha Kuasa.. '. Sedikit perkongsian daripada penulisan tersebut :

Mengambil pedoman daripada Umar bin al-Khattab RA. Dalam satu athar diriwayatkan bahawa Umar berkata: Setiap kali aku ditimpa musibah, aku berfikir empat perkara, dengan demikian jiwaku akan merasa tenang, iaitu: 

Pertama: aku berfikir siapakah yang memberikan aku musibah ini? Dia adalah Allah. Maka dengan segera jiwaku menjadi tenang.
Kedua: aku berfikir bahawa Allah mampu menimpakan kepadaku musibah yang lebih besar daripada yang kuhadapi, dan Allah hanya memberikanku setakat ini sahaja, lantas aku memuji Allah atas musibah yang sedikit ini.
Ketiga: aku selalu ingat sabda Rasulullah bermaksud: 

"Tidaklah seorang mukmin terkena satu duri dan yang lebih besar daripada itu kecuali Allah mengangkatnya satu darjat atau menghapuskan daripadanya satu dosa." 
(Daripada ‘Aisyah, Riwayat Muslim) 
Keempat: aku berfikir bahawa musibah yang terjadi adalah di dunia dan bukannya di akhirat. 

Selanjutnya, hjanhar .

Adakah kita sudah tergolong dalam golongan orang yang bersabar? Lapangkan dada, tanya iman..

Tuesday, March 15, 2011

Ubat hati~

BismiLlaahi wal hamduliLlaah.. 
Salam pertemuan di alam maya. Kembali mencoret di laman sesawang setelah hampir sebulan tiada entry baru yang dipost. Alhamdulillah, pagi tadi saya selamat sampai ke kampung halaman setelah berkampung selama dua hari di Pahang sempena meraikan walimah dua orang sahabat, akh malik dan ukht nabilah. 
"Barokallahulakuma wabaroka'alaikuma wajama'a bainakum fi khoir"
Kedua-duanya sahabat seperjuangan. Gembira melihat mereka selamat diijabkabulkan, semoga kedua-dua mempelai dapat membina keluarga sakinah, dilimpahi rahmat dan mawaddah. ameen ya robbal 'alamin.
Muqaddimah awal setelah lama tidak menulis. Untuk permulaannya, hayati ayat2 di bawah.. Pengubat riak, takabbur, 'ujub dan sum'ah ;
 'sesiapa yang memujimu maka ketahuilah bahawa segala pujian itu adalah kerana kebijaksanaan Allah menyembunyikan keburukanmu. Maka kembalikanlah pujian itu kepada zat yang telah menutup aibmu, bukan kepada yang memujimu'. (Syeikh ibn ata'illah)